Selasa, 26 Desember 2017



ETIKA, PENIPUAN DAN PENGENDALIAN INTERNAL


DISUSUN OLEH :

BOBBY INDRAWAN SAPUTRA
GAISKA FIRAS NADIRA
LIZAR IMANJAYA
NURMALIA BETARINA
TARMIKO FRATAMA


S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BENGKULU


Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
  
                                                                                     Bengkulu,  September 2017
  
                                                                                              Penyusun





Daftar Isi

Cover............................................................................................................... i
Kata Pengantar.............................................................................................. ii
Daftar Isi....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.Latar Belakang............................................................................................. 1
2.Rumusan Masalah........................................................................................ 1
3.Tujuan Penulisan.......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 2
1.Isu Etika dalam Bisnis.................................................................................. 2
2.Penipuan dalam Organisasi........................................................................... 4
3.Pelaku Penipuan Dan Skema Penipuan........................................................ 7
4.Konsep Dan Prosedur Pengendalian Internal.............................................. 11
5.Komponen Pengendalian Internal............................................................... 14
BAB III PENUTUP...................................................................................... 18
1.Kesimpulan................................................................................................ 18
2.Saran.......................................................................................................... 18

BAB I
 PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Setiap lembaga/instansi memiliki tujuan dan cita-cita di dalamnya, namun ada beberapa kendala dalam menjalankan berbagai strategi didalam perusahaan tersebut. Contohnya ialah, etika antar karyawan , penipuan dan lain lain.
Maka dari itu sangat dibutuhkan pengendalian internal perusahaan agar jalannya organisasi bisa stabil dan tujuan dan cita-cita perusahaan tersebut dapat dicapai, berangkat dari kesadaraan diatas maka kami angkat sebuah makalah yang berjudul “ETIKA, PENIPUAN DAN PENGENDALIAN INTERNAL” dalam rangka memenuhi tugas mata kulah Sistem Informasi Akuntansi.

2.      Rumusan Masalah
1.      Apa itu Etika, Penipuan Dan Pengendalian Internal?
2.      Mengapa Etika, Penipuan Dan Pengendalian Internal sangat penting bagi perusahaan?
3.      Bagaimana Perusahaan mengendalikan etika dan penipuan yang terjad didalam perusahaan?

3.      Tujuan Penulisan       
1.    Pembaca dapat mengetahui Apa itu Etika, Penipuan Dan Pengendalian Internal
2.    Menambah pengetahuan pembaca pada umumnya dan penulis khususnya
3.    Memenuhi tugas mata kuliah Sistem Informsi akuntansi


BAB II
PEMBAHASAN

I.     ISU ETIKA DALAM BISNIS
Isu Etika dalam bisnis adalah Berbagai standar etika didapat dari adat sosial  dan keyakinan  pribadi yang  mengakar mengenai hal-hal yang salah  dan  benar, yang belum tentu sama bagi setiap orang yang mungkin saja dua orang, yang keduanya menganggap dirinya beretika, berada dalam kubu yang berbeda mengena suatu masalah.
A.     Apa itu etika bisnis?
Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham, masyarakat.
Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika, yakni bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
Etika Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan sikap yang profesional.
Tiga pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika bisnis, yaitu :
·         Utilitarian Approach : setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya. Oleh karena itu, dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.
·         Individual Rights Approach : setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang lain.
·         Justice Approach : para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara perseorangan ataupun secara kelompok.
Etika bisnis yang harus dipahami dan dilakukan para profesional, antara lain :
·      Sebutkan nama lengkap
Dalam situasi berbisnis, mitra sebaiknya menyebutkan nama lengkap saat berkenalan. Namun jika namanya terlalu panjang atau sulit diucapkan, akan lebih baik jika sedikit menyingkat.
·      Berdirilah saat memperkenalkan diri
Berdiri saat mengenalkan diri akan menegaskan kehadiran mitra. Jika kondisinya tidak memungkinkan untuk berdiri, setidaknya mundurkan kursi, dan sedikit membungkuk agar orang lain menilai positif kesopanan motra.
·      Ucapkan terima kasih secukupnya
Dalam percakapan bisnis dengan siapapun, bos atau mitra perusahaan, hanya perlu mengucapkan terima kasih satu atau dua kali. Jika mengatakannya berlebihan, orang lain akan memandang kalau mitranya sangat memerlukannya dan sangat perlu bantuan.
·      Kirim ucapan terima kasih lewat email setelah pertemuan bisnis
Setelah mitra menyelesaikan pertemuan bisnis, kirimkan ucapan terima kasih secara terpisah ke email pribadi rekan bisnis Anda. Pengiriman lewat email sangat disarankan, mengingat waktu tibanya akan lebih cepat.
·      Jangan duduk sambil menyilang kaki
Tak hanya wanita, pria pun senang menyilangkan kakinya saat duduk. Namun dalam kondisi kerja, posisi duduk seperti ini cenderung tidak sopan. Selain itu, posisi duduk seperti ini dapat berdampak negatif pada kesehatan.
·      Tuan rumah yang harus membayar
Jika mengundang rekan bisnis untuk makan di luar, maka sang mitralah yang harus membayar tagihan. Jika sang mitra seorang perempuan, sementara rekan bisnis atau klien, laki-laki, ia tetap harus menolaknya. Dengan mengatakan bahwa perusahaan yang membayarnya, bukan uang pribadi.
Prinsip-prinsip Etika bisnis
Prinsip-prinsip menurut Coux Round Table
1.      Tanggung jawab dalam hal yang dikerjakan
2.      Dalam aspek berbisnis harus menuju inovasi, keadilan, dan komunitas dunia
3.      Saling percaya dalam perilaku

B.     Bagaimana Perusahaan Menangani Isu Mengenai Etika
Beberapa perusahaan yang sangat berhasil memiliki pelatihan dan kesadaran akan etika sejak lama. Berbagai pendekatannya termasuk komiten yang besar dari pihak  manajemen  puncak  untuk  memperbaiki standar  etika,  berbagai  kode  etik tertulis yang dengan jelas menyampaikan pihak manajemen, program untuk mengimplementasikan petunjuk etika, serta berbagai teknik untuk memonitoring ketaatan.
Contohnya,  Boeing  menggunakan  para  manajer  lininya  untuk melakukan  sesi pelatihan etika dan membuat nomor telepon bebas pulsa untuk memungkinkan para karyawannya melaporkan pelanggaran.
C.     Apa Yang Dimaksud Dengan Etika Komputer?
Penggunaan  teknologi  dalam  bisnis  memiliki  dampak  besar  terhadap masyarakat dan meningkat berbagai isu etika yang berhubungan dengan kejahatan komputer, kondisi kerja,  privasi,  dan  masih  banyak  lagi. Etika  komputer  (computer  ethics) adalah  analisis  mengenai  sifat  dan dampak  sosial  ternologi  komputer  serta berbagai  formulasi  dan justifikasi  kebijakan  yang  terkait  untuk  penggunaan teknologi semacam  itu  secara  beretika  perhatian  mengenai  peranti  lunak  serta peranti  keras  dan  berkaitan  dengan  jaringan  yang  menghubungkan berbagai komputer dan komputer itu sendiri.

II.          PENIPUAN DALAM ORGANISASI
Penipuan (fraud) merujuk pada penyajian yang salah atas suatu fakta yang akan dilakukan oleh suatu pihak ke pihak lain dengan tujuan membohongi dan membuat pihak lain tersebut meyakini fakta tersebut walaupun merugikannya.
Lima kondisi terjadinya tindakan penipuan :
1. Penyajian yang salah.
2. Fakta yang material.
3. Niat.
4. Keyakinan yang dapat dijustifikasi.
5. Kerusakan atau kerugian.
Penipuan umumnya disebut sebagai “kejahatan kerah putih” (white collar crime), “kebohongan” (defalcation), “penggelapan” (embezzlement), dan “ketidakberesan” (irregularities). Auditor berhadapan dengan  dua tingkat penipuan yaitu; penipuan oleh karyawan dan penipuan oleh pihak manajemen.
Penipuan oleh karyawan (employee fraud), biasanya didesain untuk secara langsung mengkonversi kas atau aktiva lainnya demi keuntungan karyawan.
Penipuan oleh karyawan melibatkan tiga tahap yaitu;
1.   Mencuri sesuatu yang berharga (sebuah aktiva).
2.   Mengkonversi aktiva tersebut ke dalam bentuk yang dapat digunakan (uang tunai).
3.   Menyembunyikan kejahatan tersebut agar tidak terdeteksi.
Penipuan oleh pihak manajemen (management fraud) lebih sulit dilacak daripada penipuan oleh karyawan karena sering kali terdeteksi hingga kerusakan atau kerugian yang sangat besar diderita  oleh perusahaan.
Tiga karakteristik khusus penipuan oleh pihak manajemen :
1.      Penipuan tersebut dilakukan pada tingkat manajemen di atas tingkat di mana struktur pengendalian internal biasanya berhubungan.
2.      Penipuan tersebut sering kali melibatkan penggunaan laporan keuangan untuk membuat ilustrasi bahwa suatu entitas lebih sehat dan sejahtera daripada sesungguhnya.
3.      Jika penipuan tersebut melibatkan penyalahgunaan aktiva, penipuan eringkali disebarkan dalam berbagai transaksi bisnis yang rumit, dan sering kali melibatkan pihak ketiga.
Faktor Yang Membentuk Penipuan
(Tinggi)                                         Tekanan Keadaan                                Rendah          


(Tinggi)                                             Peluang                                           Rendah



Rendah                              Karakteristik Pribadi (Integritas)                    (Tinggi)



Penipuan                                                                                                     Tidak Ada Penipuan

Kerugian Keuangan Akibat Penipuan
Biaya sesungguhnya akibat penipuan sulit diukur karena beberapa alasan :
1.      Tidak semua penipuan terdeteksi
2.      Dari semua penipuan yang terdeteksi, tidak semua dilaporkan
3.      Dalam banyak kasua penipuan, hanya dapat dikumpulkan informasi yang tidak lengkap
4.      Informasi tidak disebarkan dengan benar ke pihak manajemen atau ke badan penegak hukum
5.      Sering kali, perusahaan memutuskan untuk tidak melakukan tuntutan hukum atau pengadilan terhadap pelaku penipuan.


III.   PELAKU PENIPUAN DAN SKEMA PENIPUAN
Penipuan merujuk pada penyajian yang salah atas suatu fakta yang dilakukan oleh suatu pihak ke pihak lain dengan tujuan membohongi dan membuat pihak lain tersebut meyakini fakta tersebut walaupun merugikannya. Berdasarkan hukum perdata, tindakan penipuan harus memenuhi lima kondisi, antara lain :
·         Penyajian yang salah
·         Fakta yang material
·         Niat
·         Keyakinan yang dapat dijustifikasi
·         Kerusakan atau kerugian
Auditor biasanya berhadapan dengan dua tingkat penipuan, yaitu
·         Penipuan oleh karyawan
·         Penipuan oleh pihak manajemen

a.        Faktor yang Membentuk Penipuan
Faktor umum yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan penipuan yaitu
·         Tekanan keadaan
·         Peluang
·         Karakteristik pribadi
Walaupun berbagai faktor ini sebagian besar berada di luar lingkungan yang dapat dipengaruhi auditor, auditor dapat mengembangkan daftar periksa peringatan untuk mendeteksi kemungkinan aktivitas penipuan.

b.      Kerugian Keuangan Akibat Penipuan
            Biaya sesungguhnya akibat penipuan sulit diukur karena beberapa alasan :
·         Tidak semua penipuan terdeteksi
·         Dari semua penipuan yang terdeteksi, tidak semua dilaporkan
·         Dalam banyak kasua penipuan, hanya dapat dikumpulkan informasi yang tidak lengkap
·         Informasi tidak disebarkan dengan benar ke pihak manajemen atau ke badan penegak hukum
·         Sering kali, perusahaan memutuskan untuk tidak melakukan tuntutan hukum atau pengadilan terhadap pelaku penipuan.

c.       Pelaku Penipuan
Kerugian akibat penipuan berdasarkan posisi dalam perusahaan. Kolusi antarkaryawan dalam melakukan penipuan sulit untuk dicegah dan dideteksi. Hal ini tampak nyata ketika kolusi dilakukan antara manajer dengan karyawan bawahannya. Pihak manajemen melakukan peran penting dalam struktur pengendalian internal perusahaan. Peluang adalah faktor yang mendorong penipuan. Peluang dapat diidentifikasikan sebagai pengendalian atas aktiva atau akses ke aktiva. Perbedaan kerugian keuangan yang berhubungan dengan berbagai klasifikasi, dijelaskan melalui faktor peluang :
·         Gender
·          Posisi
·         Umur
·         Pendidikan
·         Kolusi
d.      Skema Penipuan
Skema penipuan dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara. Tiga kategori umum skema penipuan adalah :
1.      Laporan Tipuan
Laporan tipuan dihubungkan dengan penipuan oleh pihak manejemen. Jika semua pihak melibatkan beberapa bentuk kesalahan laporan keuangan, untuk memenuhi definisi di bawah kelas skema penipuan ini, laporan tersebut harus memberikan manfaat keuangan lagsung serta tidak langsung bagi pelakunya.
Contoh paling nyata yang dapat kita lihat dari penipuan di atas adalah bangkrutnya perusahaan ‘Enron’. Hal itu terjadi karena ada beberapa masalah, diantaranya kurangnya independensi auditor dalam mengaudit laporan keuangan perusahaan tersebut dan praktik akuntansi yang salah diterapkan. Enron banyak sekali menggunakan entitas bertujuan khusus untuk menyembunyikan kewajiban melalui akuntansi di luar neraca.
Karena hal itulah, maka pada tahun 2002 kongres merumuskan hukum dan presiden Bush mengesahkan Undang-Undang Sarbanes-Oxley. Perubahan utama yang dibuat berkaitan dengan (1) pembuatan komite audit, (2) independensi auditor, (3) tata kelola perusahaan dan tanggung jawab perusahaan, (4) keharusan untuk pengungkapan, dan (5) penalti untuk penipuan dan berbagai pelanggaran lainnya.

2.      Korupsi
Korupsi melibatkan eksekutif, manajer, atau karyawan perusahaan dalam bentuk kolusi dengan pihak luar. Korupsi bertanggung jawab untuk 10 persen dari berbagai kasus penipuan di tempat kerja.
 Penyuapan berarti pemberian, penawaran atas penerimaan berbagai hal yang bernilai untuk memengaruhi seorang pejabat dalam melaksanakan kewajibannya.
a.       Hadiah illegal hampir sama dengan penyuapan, namun terjadi akibat adanya tindakan yang telah dilakukan. contohnya seorang kontraktor yang secara diam-diam member hadiah akibat dimenangkannya oleh manajer proposal dari kontraktor dengan nilai yang tidak kompettitif.
b.      Konflik kepentingan, terjadi ketika seorang karyawan atas nama pihak ketiga melakukan kewajibannya  atau memiliki kepentingan pribadi dalam aktivitasnya. Contohnya seorang karyawan di suatu perusahaan yang mempunyai toko bangunan juga, ia mengarahkan perusahaan dimana ia bekerja untuk membeli di toko nya dengan harga diatas harga pasar.
c.       Pemerasan secara ekonomi, menggunakan ancaman dan tekanan (termasuk sanksi ekonomi) oleh seseorang atau perusahaan untuk mendapatkan suatu yang bernilai seperti aktiva keuangan , informasi , kerjasama perusahaan.

3.       Penyalahgunaan Aktiva
Contoh beberapa skema penipuan yang melibatkan penyalahgunaan aktiva , antara lain :
a.       Pembebanan ke akun beban, ini dilakukan untuk menutupi dan    menyeimbangkan antara aktiva dan ekuitas. Dengan membebankan aktiva ke akun beban dan me-ngurangi ekuitas hingga seimbang.
b.      Gali lubang tutup lubang, asumsi karyawan meminjam uang sehingga cek atau kas dari pelanggan tidak di kredit di akun pelanggan tersebut.
c.        Penipuan transaksi penambahan, penghapusan atau pengubahan transaksi yang tidak benar untuk mengalihkan aktiva ke pelaku penipuan. Contohnya dengan mengirimkan gaji ke pihak pelaku padahal gaji itu untuk pegawai yang sudah keluar tapi masih dicatat ada.
Skema penipuan komputer, penipuan semacam ini dapat dilakukan dengan berbagai model tetapi dengan tujuan sama yaitu penyalahgunaan aktiva. Seperti perubahan , pencurian, penyalahgunaan file, informasi bahkan sampai perusakan piranti lunak dan keras komputer.

IV.           Konsep dan Prosedur Pengendalian Internal
          Dengan jatuhnya etika dan banyaknya terjadi penipuan, manajemen perusahaan diwajibkan secara hukum untuk membuat dan memelihara sistem pengendalian internal yang memadai. Dalam berbagai peraturan dalam Undang-Undang Praktik Korupsi Asing 1977 (FCPA 1977), perusahaan yang terdaftar di SEC disyarakatkan untuk:
1.      Menyimpan catatan yang secara adil dan wajar mencerminkan transaksi perusahaan serta posisi keuangannya.
2.      Mempertahankan sistem pengendalian internal yang menyediakan jaminan wajar bahwa tujuan perusahaan terpenuhi.
Konsep Pengendalian Internal
            Sistem pengendalian internal terdiri atas berbagai kebijakan, praktik, dan prosedur yang diterapkan oleh perusahaan untuk mencapai empat tujuan umunya:
1.      Menjaga aktiva perusahaan
2.      Memastikan akurasi dan keandalan catatan serta informasi akuntansi
3.      Mendorong efisiensi dalam operasional perusahaan
4.      Mengukur kesesuaian dengan kebijakan serta prosedur yang ditetapkan oleh pihak manajemen
Eksposur dan Risiko
Kelemahan dalam pengendalian internal dapat mengekspos perusahaan ke satu atau lebih jenis risiko berikut:
1.      Penghancuran aktiva
2.      Pencurian aktiva
3.      Kerusakan informasi atau sistem informasi
4.      Gangguan sistem informasi
Model Pengendalian Internal untuk Pencegahan-Pendeteksian-Perbaikan
1.      Pengendalian Pencegahan, merupakan pertahanan pertama dalam struktur pengendalian. Ini merupakan teknik pasif yang di desain untuk mengurangi frekuensi terjadinya peristiwa yang tidak di inginkan.
2.      Pengendalian Pendeteksian, merupakan lini pertahanan kedua, ini adalah berbagai alat, teknik, dan prosedur yang di desain untuk mengidentifikasi serta mengekspos berbagai peristiwa yang tidak diinginkan dan yang lepas dari pengendalian pencegahan.
3.      Pengendalian Perbaikan, adalah tindakan yang diambil untuk membalik berbagai pengaruh kesalahan yang terdeteksi dalam tahap sebelumnya.
Audit dan Standar Audit
Audit didefinisikan sebagai pembuktian atas laporan keuangan historis perusahaan yang menjadi klien, yang dilakukan oleh auditor independen. Produk dari pembuktian ini adalah laporan formal tertulis yang menyatakan laporan keuangan auditee (klien yang di audit) sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Pernyataan Standar Audit
Standar Umum
Standar Kerja Lapangan
Standar Pelaporan
1.      Auditor harus memiliki latihan dan kecakapan teknis yang memadai
2.      Auditor harus memiliki independensi dalam sikap mentalnya
3.      Auditor Hharus menerapkan kehati-hatian dalam melakukan audit dan pembuatan laporan
1.      Kegiatan audit harus direncanakan dengan baik
2.      Auditor harus mendapat pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian internal
3.      Auditor harus mendapat bukti yang memadai dan kuat
1.      Auditor menyatakan dalam laporannya apakah laporan keuangan dibuat sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
2.      Laporan harus mengidentifikasi berbagai situasi yang tidak memungkinkan diterapkannya prinsip akuntansi yang berlaku umum
3.      Laporan harus mengidentifikasi bagian-bagian yang tidak memadai pengungkapan informasinya
4.      Laporan harus berisi pernyataan mengenai pendapat auditor atas laporan keuangan secara keseluruhan


V.      KOMPONEN PENGENDALIAN INTERNAL

Suatu proses yang diimplementasikan oleh dewan komisaris, pihak
manajemen, dan mereka yang berada dibawah arahan keduanya, untuk
memberikan jaminan yang wajar bahwa tujuan pengendalian dicapai
dengan pertimbangan hal-hal sebagai berikut :
1) efektivitas dan efisiensi operasional organisasi,
2) keandalan pelaporan keuangan,
3) kesesuaian dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
Pengendalian internal terdiri dari 5 (lima) komponen yang saling berhubungan. Komponen ini didapat dari cara manajemen menjalankan bisnisnya, dan terintegrasi dengan proses manajemen. Walaupun komponen-komponen tersebut dapat diterapkan kepada semua entitas, perusahaan yang kecil dan menengah dapat menerapkannya berbeda dengan perusahaan besar. Dalam hal ini pengendalian dapat tidak terlalu formal dan tidak terlalu terstruktur, namun pengendalian internal tetap dapat berjalan dengan efektif.


Adapun 5 (lima) komponen Pengendalian internal tersebut adalah :
1.      Control Environment ( Lingkungan pengendalian)
Lingkungan pengendalian memberikan nada pada suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian dari para anggotanya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar bagi komponen Pengendalian Internal lainnya, memberikan disiplin dan struktur. Faktor lingkungan pengendalian termasuk :
•Integritas, nilai etika dan kemampuan orang-orang dalam entitas;
•Filosofi manajemen dan Gaya Operasi;
•Cara Manajemen untuk menentukan wewenang dan tanggung jawab,  mengorganisasikan dan mengembangkan orang-orangnya; dan
•Kebijakan dan praktek sumber daya manusia
•Perhatian dan arahan yang diberikan dewan direksi.

2.      Risk Assesment (penilaian risiko)
Seluruh entitas menghadapi berbagai macam resiko dari luar dan dalam yang harus ditaksir. Prasyarat dari Risk Assessment adalah penegakan tujuan, yang terhubung antara tingkatan yang berbeda, dan konsisten secara internal. Risk Assessment adalah proses mengidentifikasi dan menganalisis resiko-resiko yang relevan dalam pencapaian tujuan, membentuk sebuah basis untuk menentukan bagaimana resiko dapat diatur. Karena kondisi ekonomi, industri, regulasi, dan operasi selalu berubah, maka diperlukan mekanisme untuk mengidentifikasi dan menghadapi resiko-resiko spesial terkait dengan perubahan tersebut.
3.      Control Activities (aktivitas pngendalian )
Control Activities adalah kebijakan dan prosedur membantu meyakinkan manajemen bahwa arahannya telah dijalankan. Control Activities membantu meyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan telah diambil dalam menghadapi resiko sehingga tujuan entitas dapat tercapai. Control Activities terjadi pada seluruh organisasi, pada seluruh level, dan seluruh fungsi. Control activities termasuk berbagai kegiatan yang berbeda-beda, seperti :
•Penyetujuan (Approvals)
•Otorisasi (Authorization)
•Verifikasi (Verifications)
•Rekonsiliasi (Reconciliations)
•Review terhadap performa operasi (Reviews of Operating Performance)
•Keamanan terhadap Aset (Security of Assets)
•Pemisahan tugas (Segregation of duties)

Pengendalian terhadap sistem informasi meliputi dua cara:
1.General controls, mencakup kontrol terhadap akses, perangkat lunak, dan system development.
2.Application controls, mencakup pencegahan dan deteksi transaksi yang tidak terototrisasi.     Berfungsi untuk menjamin completeness,accuray,authorization and validity dari proses transaksi.

4.      Information and Communication (informasi dan komunikasi)
Informasi yang bersangkutan harus diidentifikasi, tergambar dan terkomunikasi dalam sebuah form dan timeframe yang memungkinkan orang-orang menjalankan tanggung jawabnya. Sistem informasi menghasilkan laporan, yang berisi informasi operasional, finansial, dan terpenuhinya keperluan sistem, yang membuatnya mungkin untuk menjalankan dan mengendalikan bisnis. Informasi dan Komunikasi tidak hanya menghadapi data-data yang dihasilkan internal, tetapi juga kejadian eksternal, kegiatan dan kondisi yang diperlukan untuk memberikan informasi dalam rangka pembuatan keputusan bisnis dan laporan eksternal. Komunikasi yang efektif juga harus terjadi dalam hal yang lebih luas, mengalir ke bawah, ke samping dan ke atas organisasi. Seluruh personel harus menerima dengan jelas pesan dari manajemen teratas bahwa pengendalian tanggung jawab diambil dengan serius. Para personel harus mengerti peran mereka dalam sistem pengendalian internal, sebagaimana mereka mengerti bahwa kegiatan individu mereka berhubungan dengan pekerjaan orang lain. Mereka harus memiliki niat untuk mengkomunikasikan informasi yang signifikan kepada atasannya. Selain itu juga dibutuhkan komunikasi efektif dengan pihak eksternal, seperti customer, supplier, regulator, dan Pemegang Saham.
5.      Monitoring (pemantauan)
Sistem pengendalian internal perlu diawasi, sebuah proses untuk menentukan kualitas performa sistem dari waktu ke waktu. Proses ini terselesaikan melalui kegiatan pengawasan yang berkesinambungan, evaluasi yang terpisah atau kombinasi dari keduanya. Kegiatan ini termasuk manajemen dan supervisi yang reguler, dan kegiatan lainnya yang dilakukan personel dalam menjalankan tugasnya. Luas dan frekuensi evaluasi terpisah, akan tergantung pada terutama penaksiran resiko dan efektifnya prosedur monitoring yang sedang berlangsung. Ketergantungan sistem pengendalian harus dilaporkan kepada atasan, dengan masalah yang serius juga dilaporkan kepada manajemen teratas dan dewan direksi.
Yang merupakan Soft Control sebagai berikut:
1.Lingkungan pengendalian (Control Environment)
2.Penilaian resiko (Risk Assesment)

Yang merupakan Hard Control sebagai berikut:

1.Aktivitas pengendalian (Control Activities)
2.Informasi dan komunikasi (Information and Communication)
3.Pemantaun (monitoring)



BAB III
PENUTUP

1.      KESIMPULAN
Etika, Penipuan Dan Pengendalian Internal sangat penting untuk dipertimbangkan didalam perushaan. Karena dapat mempengaruhi jalannya operasi perusahaan.
2.   SARAN
Kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan agar penulis dapat memperbaiki makalah ini menjadi lebih baik dikemudian hari.



resume sosioogi hukum

 Sosiologi Hukum Sosiologi hukum adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara hukum dengan gejala-gejala sosial lainnya secara ...