ETIKA, PENIPUAN
DAN PENGENDALIAN INTERNAL
DISUSUN OLEH :
BOBBY INDRAWAN SAPUTRA
GAISKA FIRAS NADIRA
LIZAR IMANJAYA
NURMALIA BETARINA
TARMIKO FRATAMA
S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
DAN BISNIS
UNIVERSITAS BENGKULU
![]() |
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama
Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji
syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini telah
kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari semua
itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami
berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakan
ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Bengkulu, September 2017
Penyusun
Daftar Isi
Cover............................................................................................................... i
Kata Pengantar.............................................................................................. ii
Daftar Isi....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.Latar
Belakang............................................................................................. 1
2.Rumusan
Masalah........................................................................................ 1
3.Tujuan
Penulisan.......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 2
1.Isu Etika dalam Bisnis.................................................................................. 2
2.Penipuan dalam Organisasi........................................................................... 4
3.Pelaku Penipuan Dan Skema
Penipuan........................................................ 7
4.Konsep Dan Prosedur Pengendalian
Internal.............................................. 11
5.Komponen Pengendalian Internal............................................................... 14
BAB III PENUTUP...................................................................................... 18
1.Kesimpulan................................................................................................ 18
2.Saran.......................................................................................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Setiap lembaga/instansi memiliki tujuan dan cita-cita
di dalamnya, namun ada beberapa kendala dalam menjalankan berbagai strategi
didalam perusahaan tersebut. Contohnya ialah, etika antar karyawan , penipuan
dan lain lain.
Maka dari itu sangat dibutuhkan pengendalian internal
perusahaan agar jalannya organisasi bisa stabil dan tujuan dan cita-cita
perusahaan tersebut dapat dicapai, berangkat dari kesadaraan diatas maka kami
angkat sebuah makalah yang berjudul “ETIKA, PENIPUAN DAN PENGENDALIAN INTERNAL”
dalam rangka memenuhi tugas mata kulah Sistem Informasi Akuntansi.
2. Rumusan
Masalah
1.
Apa itu Etika,
Penipuan Dan Pengendalian Internal?
2.
Mengapa Etika, Penipuan Dan
Pengendalian Internal sangat
penting bagi perusahaan?
3.
Bagaimana Perusahaan
mengendalikan etika dan penipuan yang terjad didalam perusahaan?
3.
Tujuan Penulisan
1.
Pembaca
dapat mengetahui Apa itu Etika, Penipuan Dan Pengendalian Internal
2.
Menambah
pengetahuan pembaca pada umumnya dan penulis khususnya
3.
Memenuhi tugas mata kuliah Sistem Informsi akuntansi
BAB II
PEMBAHASAN
I. ISU
ETIKA DALAM BISNIS
Isu
Etika dalam bisnis adalah Berbagai standar etika didapat dari adat sosial dan keyakinan
pribadi yang mengakar mengenai
hal-hal yang salah dan benar, yang belum tentu sama bagi setiap
orang yang mungkin saja dua orang, yang keduanya menganggap dirinya beretika,
berada dalam kubu yang berbeda mengena suatu masalah.
A.
Apa
itu etika bisnis?
Etika bisnis merupakan
cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang
berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika Bisnis dalam
suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta
pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra
kerja, pemegang saham, masyarakat.
Perusahaan meyakini
prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika, yakni bisnis dengan
kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati
kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
Etika Bisnis dapat
menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk manajemen dan
menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan
dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan sikap yang profesional.
Tiga pendekatan dasar
dalam merumuskan tingkah laku etika bisnis, yaitu :
·
Utilitarian
Approach : setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya. Oleh karena
itu, dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat
memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak
membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.
·
Individual
Rights Approach : setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki hak
dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus
dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak
orang lain.
·
Justice
Approach : para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan bertindak
adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara perseorangan
ataupun secara kelompok.
Etika bisnis yang harus dipahami
dan dilakukan para profesional, antara lain :
·
Sebutkan
nama lengkap
Dalam situasi berbisnis, mitra sebaiknya menyebutkan
nama lengkap saat berkenalan. Namun jika namanya terlalu panjang atau sulit
diucapkan, akan lebih baik jika sedikit menyingkat.
·
Berdirilah
saat memperkenalkan diri
Berdiri saat mengenalkan diri akan menegaskan
kehadiran mitra. Jika kondisinya tidak memungkinkan untuk berdiri, setidaknya
mundurkan kursi, dan sedikit membungkuk agar orang lain menilai positif
kesopanan motra.
·
Ucapkan
terima kasih secukupnya
Dalam percakapan bisnis dengan siapapun, bos atau
mitra perusahaan, hanya perlu mengucapkan terima kasih satu atau dua kali. Jika
mengatakannya berlebihan, orang lain akan memandang kalau mitranya sangat
memerlukannya dan sangat perlu bantuan.
·
Kirim
ucapan terima kasih lewat email setelah pertemuan bisnis
Setelah mitra menyelesaikan pertemuan bisnis,
kirimkan ucapan terima kasih secara terpisah ke email pribadi rekan bisnis
Anda. Pengiriman lewat email sangat disarankan, mengingat waktu tibanya akan
lebih cepat.
·
Jangan
duduk sambil menyilang kaki
Tak hanya wanita, pria pun senang menyilangkan
kakinya saat duduk. Namun dalam kondisi kerja, posisi duduk seperti ini
cenderung tidak sopan. Selain itu, posisi duduk seperti ini dapat berdampak
negatif pada kesehatan.
·
Tuan
rumah yang harus membayar
Jika
mengundang rekan bisnis untuk makan di luar, maka sang mitralah yang harus
membayar tagihan. Jika sang mitra seorang perempuan, sementara rekan bisnis
atau klien, laki-laki, ia tetap harus menolaknya. Dengan mengatakan bahwa perusahaan
yang membayarnya, bukan uang pribadi.
Prinsip-prinsip Etika bisnis
Prinsip-prinsip menurut Coux
Round Table
1.
Tanggung
jawab dalam hal yang dikerjakan
2.
Dalam
aspek berbisnis harus menuju inovasi, keadilan, dan komunitas dunia
3.
Saling
percaya dalam perilaku
B.
Bagaimana
Perusahaan Menangani Isu Mengenai Etika
Beberapa perusahaan yang
sangat berhasil memiliki pelatihan dan kesadaran akan etika sejak lama.
Berbagai pendekatannya termasuk komiten yang besar dari pihak manajemen
puncak untuk memperbaiki standar etika,
berbagai kode etik tertulis yang dengan jelas menyampaikan
pihak manajemen, program untuk mengimplementasikan petunjuk etika, serta
berbagai teknik untuk memonitoring ketaatan.
Contohnya, Boeing
menggunakan para manajer
lininya untuk melakukan sesi pelatihan etika dan membuat nomor telepon
bebas pulsa untuk memungkinkan para karyawannya melaporkan pelanggaran.
C.
Apa
Yang Dimaksud Dengan Etika Komputer?
Penggunaan teknologi
dalam bisnis memiliki
dampak besar terhadap masyarakat dan meningkat berbagai
isu etika yang berhubungan dengan kejahatan komputer, kondisi kerja, privasi,
dan masih banyak
lagi. Etika komputer (computer
ethics) adalah analisis mengenai
sifat dan dampak sosial
ternologi komputer serta berbagai formulasi
dan justifikasi kebijakan yang
terkait untuk penggunaan teknologi semacam itu
secara beretika perhatian
mengenai peranti lunak
serta peranti keras dan
berkaitan dengan jaringan
yang menghubungkan berbagai
komputer dan komputer itu sendiri.
II.
PENIPUAN DALAM ORGANISASI
Penipuan
(fraud) merujuk pada penyajian yang salah atas suatu fakta yang akan dilakukan
oleh suatu pihak ke pihak lain dengan tujuan membohongi dan membuat pihak lain
tersebut meyakini fakta tersebut walaupun merugikannya.
Lima kondisi terjadinya tindakan penipuan :
1. Penyajian yang salah.
2. Fakta yang material.
3. Niat.
4. Keyakinan yang dapat dijustifikasi.
5. Kerusakan atau kerugian.
Lima kondisi terjadinya tindakan penipuan :
1. Penyajian yang salah.
2. Fakta yang material.
3. Niat.
4. Keyakinan yang dapat dijustifikasi.
5. Kerusakan atau kerugian.
Penipuan
umumnya disebut sebagai “kejahatan kerah putih” (white collar crime),
“kebohongan” (defalcation), “penggelapan” (embezzlement), dan “ketidakberesan”
(irregularities). Auditor berhadapan dengan dua tingkat penipuan yaitu;
penipuan oleh karyawan dan penipuan oleh pihak manajemen.
Penipuan
oleh karyawan (employee fraud), biasanya didesain untuk secara langsung mengkonversi
kas atau aktiva lainnya demi keuntungan karyawan.
Penipuan oleh karyawan
melibatkan tiga tahap yaitu;
1. Mencuri sesuatu yang berharga (sebuah aktiva).
2. Mengkonversi aktiva tersebut ke dalam bentuk yang dapat digunakan (uang tunai).
3. Menyembunyikan kejahatan tersebut agar tidak terdeteksi.
1. Mencuri sesuatu yang berharga (sebuah aktiva).
2. Mengkonversi aktiva tersebut ke dalam bentuk yang dapat digunakan (uang tunai).
3. Menyembunyikan kejahatan tersebut agar tidak terdeteksi.
Penipuan
oleh pihak manajemen (management fraud) lebih sulit dilacak daripada penipuan
oleh karyawan karena sering kali terdeteksi hingga kerusakan atau kerugian yang
sangat besar diderita oleh perusahaan.
Tiga karakteristik
khusus penipuan oleh pihak manajemen :
1. Penipuan
tersebut dilakukan pada tingkat manajemen di atas tingkat di mana struktur
pengendalian internal biasanya berhubungan.
2. Penipuan
tersebut sering kali melibatkan penggunaan laporan keuangan untuk membuat
ilustrasi bahwa suatu entitas lebih sehat dan sejahtera daripada sesungguhnya.
3. Jika
penipuan tersebut melibatkan penyalahgunaan aktiva, penipuan eringkali
disebarkan dalam berbagai transaksi bisnis yang rumit, dan sering kali
melibatkan pihak ketiga.
Faktor
Yang Membentuk Penipuan



![]() |

![]() |
|||
![]() |
|||
Penipuan Tidak Ada Penipuan
Kerugian Keuangan Akibat Penipuan
Biaya
sesungguhnya akibat penipuan sulit diukur karena beberapa alasan :
1. Tidak semua penipuan terdeteksi
2. Dari semua penipuan yang terdeteksi,
tidak semua dilaporkan
3. Dalam banyak kasua penipuan, hanya
dapat dikumpulkan informasi yang tidak lengkap
4. Informasi tidak disebarkan dengan
benar ke pihak manajemen atau ke badan penegak hukum
5. Sering kali, perusahaan memutuskan
untuk tidak melakukan tuntutan hukum atau pengadilan terhadap pelaku penipuan.
III.
PELAKU
PENIPUAN DAN SKEMA PENIPUAN
Penipuan merujuk pada penyajian yang salah atas suatu
fakta yang dilakukan oleh suatu pihak ke pihak lain dengan tujuan membohongi
dan membuat pihak lain tersebut meyakini fakta tersebut walaupun merugikannya.
Berdasarkan hukum perdata, tindakan penipuan harus memenuhi lima kondisi,
antara lain :
·
Penyajian yang salah
·
Fakta yang material
·
Niat
·
Keyakinan yang dapat dijustifikasi
·
Kerusakan atau kerugian
Auditor biasanya berhadapan dengan dua tingkat
penipuan, yaitu
·
Penipuan oleh karyawan
·
Penipuan oleh pihak manajemen
a.
Faktor yang Membentuk Penipuan
Faktor umum yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan penipuan yaitu
·
Tekanan keadaan
·
Peluang
·
Karakteristik pribadi
Walaupun berbagai faktor ini sebagian besar berada di
luar lingkungan yang dapat dipengaruhi auditor, auditor dapat mengembangkan
daftar periksa peringatan untuk mendeteksi kemungkinan aktivitas penipuan.
b.
Kerugian Keuangan Akibat Penipuan
Biaya sesungguhnya akibat
penipuan sulit diukur karena beberapa alasan :
·
Tidak semua penipuan terdeteksi
·
Dari semua penipuan yang terdeteksi,
tidak semua dilaporkan
·
Dalam banyak kasua penipuan, hanya
dapat dikumpulkan informasi yang tidak lengkap
·
Informasi tidak disebarkan dengan
benar ke pihak manajemen atau ke badan penegak hukum
·
Sering kali, perusahaan memutuskan
untuk tidak melakukan tuntutan hukum atau pengadilan terhadap pelaku penipuan.
c.
Pelaku Penipuan
Kerugian akibat penipuan berdasarkan posisi dalam
perusahaan. Kolusi antarkaryawan dalam melakukan penipuan sulit untuk dicegah
dan dideteksi. Hal ini tampak nyata ketika kolusi dilakukan antara manajer
dengan karyawan bawahannya. Pihak manajemen melakukan peran penting dalam
struktur pengendalian internal perusahaan. Peluang adalah faktor yang mendorong
penipuan. Peluang dapat diidentifikasikan sebagai pengendalian atas aktiva atau
akses ke aktiva. Perbedaan kerugian keuangan yang berhubungan dengan berbagai
klasifikasi, dijelaskan melalui faktor peluang :
·
Gender
·
Posisi
·
Umur
·
Pendidikan
·
Kolusi
d.
Skema Penipuan
Skema penipuan dapat diklasifikasikan dalam beberapa
cara. Tiga kategori umum skema penipuan adalah :
1. Laporan
Tipuan
Laporan tipuan dihubungkan dengan penipuan oleh pihak
manejemen. Jika semua pihak melibatkan beberapa bentuk kesalahan laporan
keuangan, untuk memenuhi definisi di bawah kelas skema penipuan ini, laporan
tersebut harus memberikan manfaat keuangan lagsung serta tidak langsung bagi
pelakunya.
Contoh paling
nyata yang dapat kita lihat dari penipuan di atas adalah bangkrutnya perusahaan
‘Enron’. Hal itu terjadi karena ada beberapa masalah, diantaranya kurangnya
independensi auditor dalam mengaudit laporan keuangan perusahaan tersebut dan
praktik akuntansi yang salah diterapkan. Enron banyak sekali menggunakan
entitas bertujuan khusus untuk menyembunyikan kewajiban melalui akuntansi di
luar neraca.
Karena hal
itulah, maka pada tahun 2002 kongres merumuskan hukum dan presiden Bush
mengesahkan Undang-Undang Sarbanes-Oxley. Perubahan utama yang dibuat berkaitan
dengan (1) pembuatan komite audit, (2) independensi auditor, (3) tata kelola
perusahaan dan tanggung jawab perusahaan, (4) keharusan untuk pengungkapan, dan
(5) penalti untuk penipuan dan berbagai pelanggaran lainnya.
2. Korupsi
Korupsi melibatkan eksekutif, manajer, atau karyawan
perusahaan dalam bentuk kolusi dengan pihak luar. Korupsi bertanggung jawab
untuk 10 persen dari berbagai kasus penipuan di tempat kerja.
Penyuapan berarti
pemberian, penawaran atas penerimaan berbagai hal yang bernilai untuk
memengaruhi seorang pejabat dalam melaksanakan kewajibannya.
a. Hadiah illegal hampir sama dengan
penyuapan, namun terjadi akibat adanya tindakan yang telah dilakukan. contohnya
seorang kontraktor yang secara diam-diam member hadiah akibat dimenangkannya
oleh manajer proposal dari kontraktor dengan nilai yang tidak kompettitif.
b. Konflik kepentingan, terjadi ketika
seorang karyawan atas nama pihak ketiga melakukan kewajibannya atau
memiliki kepentingan pribadi dalam aktivitasnya. Contohnya seorang karyawan di
suatu perusahaan yang mempunyai toko bangunan juga, ia mengarahkan perusahaan
dimana ia bekerja untuk membeli di toko nya dengan harga diatas harga pasar.
c. Pemerasan secara
ekonomi, menggunakan ancaman dan tekanan (termasuk sanksi ekonomi) oleh
seseorang atau perusahaan untuk mendapatkan suatu yang bernilai seperti aktiva
keuangan , informasi , kerjasama perusahaan.
3. Penyalahgunaan
Aktiva
Contoh beberapa skema penipuan yang melibatkan
penyalahgunaan aktiva , antara lain :
a.
Pembebanan
ke akun beban, ini dilakukan untuk menutupi
dan menyeimbangkan antara aktiva dan ekuitas. Dengan
membebankan aktiva ke akun beban dan me-ngurangi ekuitas hingga seimbang.
b.
Gali
lubang tutup lubang, asumsi karyawan meminjam uang sehingga cek atau kas dari
pelanggan tidak di kredit di akun pelanggan tersebut.
c.
Penipuan
transaksi penambahan, penghapusan atau pengubahan transaksi yang tidak benar
untuk mengalihkan aktiva ke pelaku penipuan. Contohnya dengan mengirimkan gaji
ke pihak pelaku padahal gaji itu untuk pegawai yang sudah keluar tapi masih
dicatat ada.
Skema penipuan komputer, penipuan semacam ini
dapat dilakukan dengan berbagai model tetapi dengan tujuan sama yaitu
penyalahgunaan aktiva. Seperti perubahan , pencurian, penyalahgunaan file,
informasi bahkan sampai perusakan piranti lunak dan keras komputer.
IV.
Konsep
dan Prosedur Pengendalian Internal
Dengan
jatuhnya etika dan banyaknya terjadi penipuan, manajemen perusahaan diwajibkan
secara hukum untuk membuat dan memelihara sistem pengendalian internal yang
memadai. Dalam berbagai peraturan dalam Undang-Undang Praktik Korupsi Asing
1977 (FCPA 1977), perusahaan yang terdaftar di SEC disyarakatkan untuk:
1.
Menyimpan
catatan yang secara adil dan wajar mencerminkan transaksi perusahaan serta
posisi keuangannya.
2.
Mempertahankan
sistem pengendalian internal yang menyediakan jaminan wajar bahwa tujuan
perusahaan terpenuhi.
Konsep
Pengendalian Internal
Sistem
pengendalian internal terdiri atas berbagai kebijakan, praktik, dan prosedur
yang diterapkan oleh perusahaan untuk mencapai empat tujuan umunya:
1.
Menjaga
aktiva perusahaan
2.
Memastikan
akurasi dan keandalan catatan serta informasi akuntansi
3.
Mendorong
efisiensi dalam operasional perusahaan
4.
Mengukur
kesesuaian dengan kebijakan serta prosedur yang ditetapkan oleh pihak manajemen
Eksposur dan
Risiko

Kelemahan dalam pengendalian internal dapat
mengekspos perusahaan ke satu atau lebih jenis risiko berikut:
1.
Penghancuran
aktiva
2.
Pencurian
aktiva
3.
Kerusakan
informasi atau sistem informasi
4.
Gangguan
sistem informasi
Model
Pengendalian Internal untuk Pencegahan-Pendeteksian-Perbaikan
1.
Pengendalian Pencegahan, merupakan pertahanan pertama dalam
struktur pengendalian. Ini merupakan teknik pasif yang di desain untuk
mengurangi frekuensi terjadinya peristiwa yang tidak di inginkan.
2.
Pengendalian Pendeteksian, merupakan lini pertahanan kedua, ini
adalah berbagai alat, teknik, dan prosedur yang di desain untuk
mengidentifikasi serta mengekspos berbagai peristiwa yang tidak diinginkan dan
yang lepas dari pengendalian pencegahan.
3. Pengendalian
Perbaikan, adalah tindakan
yang diambil untuk membalik berbagai pengaruh kesalahan yang terdeteksi dalam
tahap sebelumnya.
Audit dan
Standar Audit
Audit didefinisikan sebagai pembuktian atas laporan
keuangan historis perusahaan yang menjadi klien, yang dilakukan oleh auditor
independen. Produk dari pembuktian ini adalah laporan formal tertulis yang
menyatakan laporan keuangan auditee (klien yang di audit) sesuai dengan
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Pernyataan
Standar Audit
Standar Umum
|
Standar Kerja Lapangan
|
Standar Pelaporan
|
1.
Auditor
harus memiliki latihan dan kecakapan teknis yang memadai
2.
Auditor
harus memiliki independensi dalam sikap mentalnya
3.
Auditor
Hharus menerapkan kehati-hatian dalam melakukan audit dan pembuatan laporan
|
1.
Kegiatan
audit harus direncanakan dengan baik
2.
Auditor
harus mendapat pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian internal
3.
Auditor
harus mendapat bukti yang memadai dan kuat
|
1.
Auditor
menyatakan dalam laporannya apakah laporan keuangan dibuat sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum
2.
Laporan
harus mengidentifikasi berbagai situasi yang tidak memungkinkan diterapkannya
prinsip akuntansi yang berlaku umum
3.
Laporan
harus mengidentifikasi bagian-bagian yang tidak memadai pengungkapan
informasinya
4.
Laporan
harus berisi pernyataan mengenai pendapat auditor atas laporan keuangan
secara keseluruhan
|
V.
KOMPONEN
PENGENDALIAN INTERNAL
Suatu
proses yang diimplementasikan oleh dewan komisaris, pihak
manajemen, dan mereka yang berada
dibawah arahan keduanya, untuk
memberikan jaminan yang wajar bahwa
tujuan pengendalian dicapai
dengan pertimbangan hal-hal sebagai
berikut :
1) efektivitas dan efisiensi
operasional organisasi,
2) keandalan pelaporan keuangan,
3) kesesuaian dengan hukum dan
peraturan yang berlaku.
Pengendalian
internal terdiri dari 5 (lima) komponen yang saling berhubungan. Komponen ini
didapat dari cara manajemen menjalankan bisnisnya, dan terintegrasi dengan
proses manajemen. Walaupun komponen-komponen tersebut dapat diterapkan kepada
semua entitas, perusahaan yang kecil dan menengah dapat menerapkannya berbeda
dengan perusahaan besar. Dalam hal ini pengendalian dapat tidak terlalu formal
dan tidak terlalu terstruktur, namun pengendalian internal tetap dapat berjalan
dengan efektif.
Adapun 5 (lima) komponen
Pengendalian internal tersebut adalah :
1. Control Environment ( Lingkungan
pengendalian)
Lingkungan pengendalian memberikan
nada pada suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian dari para
anggotanya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar bagi komponen Pengendalian
Internal lainnya, memberikan disiplin dan struktur. Faktor lingkungan
pengendalian termasuk :
•Integritas, nilai etika dan
kemampuan orang-orang dalam entitas;
•Filosofi manajemen dan Gaya
Operasi;
•Cara
Manajemen untuk menentukan wewenang dan tanggung jawab, mengorganisasikan dan mengembangkan orang-orangnya; dan
•Kebijakan dan praktek sumber daya
manusia
•Perhatian dan arahan yang diberikan
dewan direksi.
2. Risk Assesment (penilaian risiko)
Seluruh entitas menghadapi berbagai
macam resiko dari luar dan dalam yang harus ditaksir. Prasyarat dari Risk
Assessment adalah penegakan tujuan, yang terhubung antara tingkatan yang
berbeda, dan konsisten secara internal. Risk Assessment adalah proses mengidentifikasi
dan menganalisis resiko-resiko yang relevan dalam pencapaian tujuan, membentuk
sebuah basis untuk menentukan bagaimana resiko dapat diatur. Karena kondisi
ekonomi, industri, regulasi, dan operasi selalu berubah, maka diperlukan
mekanisme untuk mengidentifikasi dan menghadapi resiko-resiko spesial terkait
dengan perubahan tersebut.
3. Control Activities (aktivitas
pngendalian )
Control Activities adalah kebijakan
dan prosedur membantu meyakinkan manajemen bahwa arahannya telah dijalankan.
Control Activities membantu meyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan telah
diambil dalam menghadapi resiko sehingga tujuan entitas dapat tercapai. Control
Activities terjadi pada seluruh organisasi, pada seluruh level, dan seluruh
fungsi. Control activities termasuk berbagai kegiatan yang berbeda-beda,
seperti :
•Penyetujuan
(Approvals)
•Otorisasi
(Authorization)
•Verifikasi
(Verifications)
•Rekonsiliasi
(Reconciliations)
•Review
terhadap performa operasi (Reviews of Operating Performance)
•Keamanan
terhadap Aset (Security of Assets)
•Pemisahan
tugas (Segregation of duties)
Pengendalian terhadap sistem
informasi meliputi dua cara:
1.General controls, mencakup kontrol
terhadap akses, perangkat lunak, dan system development.
2.Application controls, mencakup
pencegahan dan deteksi transaksi yang tidak terototrisasi. Berfungsi untuk menjamin
completeness,accuray,authorization and validity dari proses transaksi.
4. Information and Communication
(informasi dan komunikasi)
Informasi yang bersangkutan harus
diidentifikasi, tergambar dan terkomunikasi dalam sebuah form dan timeframe
yang memungkinkan orang-orang menjalankan tanggung jawabnya. Sistem informasi
menghasilkan laporan, yang berisi informasi operasional, finansial, dan
terpenuhinya keperluan sistem, yang membuatnya mungkin untuk menjalankan dan
mengendalikan bisnis. Informasi dan Komunikasi tidak hanya menghadapi data-data
yang dihasilkan internal, tetapi juga kejadian eksternal, kegiatan dan kondisi
yang diperlukan untuk memberikan informasi dalam rangka pembuatan keputusan
bisnis dan laporan eksternal. Komunikasi yang efektif juga harus terjadi dalam
hal yang lebih luas, mengalir ke bawah, ke samping dan ke atas organisasi.
Seluruh personel harus menerima dengan jelas pesan dari manajemen teratas bahwa
pengendalian tanggung jawab diambil dengan serius. Para personel harus mengerti
peran mereka dalam sistem pengendalian internal, sebagaimana mereka mengerti
bahwa kegiatan individu mereka berhubungan dengan pekerjaan orang lain. Mereka
harus memiliki niat untuk mengkomunikasikan informasi yang signifikan kepada
atasannya. Selain itu juga dibutuhkan komunikasi efektif dengan pihak
eksternal, seperti customer, supplier, regulator, dan Pemegang Saham.
5. Monitoring (pemantauan)
Sistem pengendalian internal perlu
diawasi, sebuah proses untuk menentukan kualitas performa sistem dari waktu ke
waktu. Proses ini terselesaikan melalui kegiatan pengawasan yang
berkesinambungan, evaluasi yang terpisah atau kombinasi dari keduanya. Kegiatan
ini termasuk manajemen dan supervisi yang reguler, dan kegiatan lainnya yang
dilakukan personel dalam menjalankan tugasnya. Luas dan frekuensi evaluasi
terpisah, akan tergantung pada terutama penaksiran resiko dan efektifnya
prosedur monitoring yang sedang berlangsung. Ketergantungan sistem pengendalian
harus dilaporkan kepada atasan, dengan masalah yang serius juga dilaporkan
kepada manajemen teratas dan dewan direksi.
Yang merupakan Soft Control sebagai
berikut:
1.Lingkungan pengendalian (Control
Environment)
2.Penilaian resiko (Risk Assesment)
Yang merupakan Hard Control sebagai
berikut:
1.Aktivitas pengendalian (Control
Activities)
2.Informasi dan komunikasi
(Information and Communication)
3.Pemantaun (monitoring)
BAB
III
PENUTUP
1.
KESIMPULAN
Etika, Penipuan Dan Pengendalian
Internal sangat penting untuk dipertimbangkan didalam perushaan. Karena dapat
mempengaruhi jalannya operasi perusahaan.
2.
SARAN
Kritik dan saran dari pembaca
sangat diharapkan agar penulis dapat memperbaiki makalah ini menjadi lebih baik
dikemudian hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar